Kediri-Setelah mengalami puncak inflasi bulan lalu sebesar 1,15 % yang merupakan inflasi bulanan tertinggi sejak tahun 2014, pada bulan Mei ini mengalami rebound bahkan menjadi yg terendah se-Jawa Timur. Hal tersebut disampaikan oleh Lilik Wibawati, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kediri yang menyebut angka inflasi Kota Kediri Bulan Mei sebesar 0,08%. “Angka tersebut di bawah angka inflasi Jawa Timur yakni 0,49% dan Nasional yakni 0,40%,” tegas Lilik, Senin (6/6).
Lilik menyebut sepuluh komoditas penyumbang inflasi, antara lain: cabai rawit inflasi sebesar 0,044%; sepeda inflasi sebesar 0,038%; hand body lotion inflasi sebesar 0,030%; cabai merah inflasi sebesar 0,030%; bawang merah inflasi sebesar 0,026; daging ayam ras inflasi sebesar 0,024; telur ayam ras inflasi sebesar 0,023%; tissu inflasi sebesar 0,019%; ikan lele sebesar 0,015%; dan upah asisten rumah tangga sebesar 0,014%.
Di samping sepuluh komoditas di atas, terdapat pula sepuluh komoditas yang menghambat inflasi, di antaranya: minyak goreng deflasi sebesar -0,148%; kangkung deflasi sebesar -0,041%; beras deflasi sebesar -0,019%; kacang panjang deflasi sebesar -0,016%; apel deflasi sebesar -0,013%; bayam deflasi sebesar -0,013%; emas perhiasan sebesar -0,011%; krim wajah deflasi sebesar -0,009%; sabun detergen bubuk deflasi sebesar -0,009%; dan nangka muda deflasi sebesar -0,006%.
Kendati demikian, ia tetap mengimbau Pemkot Kediri agar tetap waspada terkait angka inflasi di Bulan Juni. Hal-hal yang patut diwaspadai di Bulan Juni, antara lain: kebijakan pelonggaran penggunaan masker, kebijakan kenaikan cukai rokok per 1 Januari 2022, serta perubahan iklim secara ekstrim. “Saat ini pemerintah telah membuat kebijakan pelonggaran prokes, hal tersebut tentu memicu peningkatan mobilitas dan konsumsi masyarakat di pusat-pusat keramaian. Kalau demand naik maka bisa menimbulkan kenaikan harga,” jelasnya.
Lilik berharap agar inflasi Kota Kediri semakin terkendali. Oleh karenanya pihaknya terus berkolaborasi bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dalam menjaga stabilitas harga di Kota Kediri. “Kami tetap mengupayakan agar inflasi di Kota Kediri ini terkendali, agar daya beli masyarakat tetap baik. Semoga melalui upaya bersama TPID kondisi tersebut dapat terkendali di Kota Kediri,” pungkasnya.
Chevi Ning Suyudi, kepala Bappeda Kota Kediri selaku Koordinator TPID menyampaikan bahwasannya kondisi inflasi yang relatif landai di Kota Kediri karena beberapa komoditas bahan pokok seperti beras dan beberapa jenis sayur mayur mulai turun harganya setelah pada momen menjelang lebaran kemarin sempat mengalami kenaikan. “Keadaan ini diharapkan dapat dimanfaatkan terutama bagi kelompok UMKM untuk bounce back atau bangkit kembali dalam upaya pemulihan ekonomi pasca Pandemi Covid-19, seiring dengan terkendalinya harga,” ujarnya, Senin (6/6).
Tetapi di kesempatan yang sama, bapak dua anak ini juga mengingatkan perlunya waspada akan potensi tekanan harga di bulan depan karena kondisi cuaca yang kurang baik, kondisi ini terutama mempengaruhi komoditas sayuran yang rentan terserang penyakit selama pergantian musim seperti cabai, tomat dan terong. Dia menghimbau agar para ibu rumah tangga mulai menanam beberapa jenis sayuran tersebut di halaman rumah atau lahan yang dimiliki agar dapat memenuhi kebutuhan dapur tanpa terpengaruh kenaikan harga.
Terakhir, Chevy mengutarakan bahwa isu Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak cukup menyita perhatian masyarakat, Pemerintah Kota Kediri telah bergerak sigap dengan membentuk Gugus Tugas Penanganan PMK yang akan bertugas melakukan pencegahan masuknya penyakit ini serta melaksanakan penanganan jika terdapat hewan yang terjangkit, serta memeriksa semua hewan ternak yang akan dipotong di Rumah Potong Hewan (RPH) dalam keadaan sehat, sehingga masyarakat Kota Kediri tidak perlu khawatir mengkonsumsi daging hewan ternak.(adv/kominfo)
Tinggalkan Balasan