Bawa Ratusan Truk Pasir, Jalan Raya Macet Total
KEDIRI- Ratusan penambang pasir tradisional di Kediri, melakukan aksi demonstrasi dan menggeruduk kantor PT. LMA dan PT. Hastari, kontraktor pelaksana proyek jalan tol menuju Bandara Dhoho Kediri, menuntut agar mereka dilibatkan dalam pekerjaan proyek dalam berbagai segi, baik suplai barang seperti pasar, tanah, hingga pekerja. Mereka menilai, proyek strategis nasional (PSN) di Kediri itu, seakan dikuasai oleh orang luar Kediri dan para pengusaha besar.
Sedangkan warga Kediri dan pengusaha kecil seperti penambang pasir tradisional, seakan hanya menjadi penonton, tidak mendapat manfaat pekerjaan. Jika tuntutan tidak diakomodir, mereka mangancam akan melakukan blokir masal terhadap kendaraan kendaraan pembawa barang yang mensuplai ke arah Bandara dan proyek Jalan tol.
Aksi demonstrasi itu dilakukan dengan memblokir jalan-jalan umum dengan ratusan truk pasir di lokasi kawasan kantor LMA, Jalan. Ahmad Dahlan, Mojoroto, Kota Kediri. Sehingga jalanan macet total sekitar 3 jam, mulai sekitar pukul 11.30 sampai sekitar 14.30. Dalam aksinya, mereka melakukan orasi, bernyanyi, dan berjoget.
Sebelumnya, mereka juga melakukan aksi serupa di depan kantor DPRD Kabupaten Kediri, hingga membuat seluruh jalur menuju kantor DPRD di Jalan Sukarno-Hatta, Katang, macet total. Kemudian mereka juga melakukan aksi serupa di kantor PT. Hastari, salah satu sub kontraktor proyek jalan tol, hingga membuat jalur utama Surabaya-Kediri macet.
Di tiga lokasi aksi itu, tuntutan mereka sama, yaitu meminta agar para penambang pasir tradisional, pengusaha kecil di Kediri, bisa ikut bekerja mensuplai barang-barang yang dibutuhkan di proyek jalan tol tersebut. Seakan, orang luar berpesta dengan proyek nasional di Kediri, tetapi orang Kediri hanya bisa melihat, tapi tidak mendapat manfaat, “Ibaratnya, orang luar makan sate, kita hanya gigit jari,”ujar Tubagus, koordinaor aksi, saat bertemu dengan dengan manajemen PT. LMA.
Pertemuan para demonstran dengan manajemen PT.LMA, yang dipimpin wakil manajer operasional, Nur Akmal, berjalan alot . Di depan para demonstran, Nur Akmal menjelaskan sulitnya penerimaan barang ke proyek tersebut, karena pemasok harus punya ijin lengkap, standar kualitas barang, standar kendaraan, dan sebagainya. “Kami juga diawasi oleh pengawas,”kata Nur Akmal.
Penjelasan yang Nur Akmal ini, langsung dibantah oleh para demonstran. Mereka mengetahui soal standar kualitas barang tersebut. Yang menjadi persoalan bagi para demonstran adalah ijin, karena kelengkapan ijin tidak ada. Soal standar kualitas barang, mereka juga mengetahui standarnya. Hanya saja, mereka meminta kebijakan kontraktor untuk bisa mensuplai karena barang bisa mereka bisa memenuhi kualitasnya, tapi ijin tidak lengkap. “Kami minta kebijakan. Kalau ijin-ijin, itu teknis semua. Omong kosong. Kami minta kebijakan,”tandasnya.
Usai melakukan audiensi sekitar satu setengah jam, akhirnya mereka sepakat untuk melakukan pertemuan lanjutan. PT LMA dan para demonstrans membuat surat pernyataan tertulis bersama, guna mensepakati pertemuan lanjutan tersebut. (mam)
Tinggalkan Balasan