Hibah Rp 100 Juta, Merasa Tidak Terima

Menelisik Bantuan Hibah / Bansos / Jasmas, di Kota Kediri (4)

Hibah Sebelumnya, Jadi Ajang Kreativitas Warga

Kasus dugaan korupsi terkait bantuan sosial (Bansos) yang disidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan melibatkan mantan Mentri Sosial, masih terus bergulir. Bagaimana pelaksanaan pemberian hibah, bansos, dan atau bantuan melalui Jaring Aspirasi Masyarakat (Jasmas) di daerah? Baik ke individu atau lembaga? Berikut sebagian fakta dan pengakuan yang ditemukan kediripost.co.id di lapangan. (*)

TERUS AKTIF : Gamelan yang digunakan kelompok musik ‘Semampir Semarak’ di Balai Kelurahan setempat

Lembaga penerima hibah yang terdaftar di APBD, ternyata tidak semuanya menerima sebagaimana tertera. LPMK Semampir misalnya, pada Perubahan Anggaran Keuangan (PAK) APBD 2019, tercatat sebagai salah satu penerima hibah Rp 100 juta. Tapi, tahun 2019 mereka merasa tidak pernah menerima hibah itu. “Kalau tahun 2017 atau 2018, lupa saya pastinya, LPMK memang menerima hibah dari Disbudparpora. Nilainya sama, Rp 100 juta. Tapi kalau tahun 2019, kita tidak menerima,”ujar Fajar Basuko, ketua LPMK Semampir, yang kemudian dibenarkan pengurus lain.

CIPTAKAN LAGU SENDIRI : Eri, salah satu pembina ‘
‘Semampir Semarak’ dan not not lagu hasil ciptaan grup

Fajar menceritakan, saat itu tiba-tiba dia didatangi sejumlah pegawai Disbudparpora untuk membuat usulan kegiatan, terserah kegiatan apa. Karena di dinas masih ada uang. Fajar sempat bingung, mau membuat kegiatan apa. Setelah musyawarah dengan pengurus lain, akhirnya diputuskan membuat proposal untuk membeli seperangkat alat gamelan. “Saat itu kalau tidak salah proposalnya Rp 500 juta, tapi akhirnya kita menerima Rp 100 juta,”tandas Fajar.

Uang Rp 100 juta tahun 2017 atau 2018 itu, akhirnya diberikan seperangkat alat gamelan. Kebetulan, pada tahun yang sama ada pembelian seperangkat alat musik. Alat-alat itu kemudian dijadikan satu, disimpan di balai kelurahan untuk latihan grup musik ‘Semampir Semarak’.

Hasilnya, kini grup musik ‘Semampir Semarak’ berkembang pesat dan sudah berkali-kali diundang untuk mengisi berbagai acara, baik di Kelurahan Semampir, maupun acara-acara lain di luar Semampir. “Sudah berkali – kali diundang keluar. Pernah masuk televisi juga saat main di GOR Jayabaya,”ujar Eri, salah seorang pembina grup musik Semampir Semarak.

Beberapa pemain grup musik Semampir Semarak juga menjadi bagian dari grup musik pengiring pengajian Gus Gendeng. Sehingga profesionalisme grup musik ‘Semampir Semarak’ sudah tidak diragukan lagi. “Kita masih terus latihan. Hanya sekarang agar terhambat dengan adanya pandemi,”tambah Eri.

Kreativitas para crew ‘Semampir Semarak’ juga berkembang cukup baik. Mereka bukan hanya bisa memainkan alat musik dan gamelan dengan baik, tetapi mereka juga mampu menciptakan sejumlah lagu sendiri untuk dinyanyikan pada pentas-pentas yang mereka jalani. (bersambung)

Grant of IDR 100 Million, Do not Feel Received

Previous Grants, Become An Event for Citizen Creativity

In fact, not all of the grant recipient institutions registered in the APBD received as stated. LPMK Semampir, for example, in the 2019 APBD Financial Budget Amendment (PAK), was listed as one of the recipients of a Rp. 100 million grant. However, in 2019 they felt that they had never received the grant. “For 2017 or 2018, I forget to be sure, LPMK did receive a grant from Disbudparpora. The value is the same, IDR 100 million. But in 2019, we will not accept it, ”said Fajar Basuko, chairman of LPMK Semampir, who was later confirmed by other management.
Fajar said, when suddenly he was visited by a number of Disbudparpora employees to make activity proposals, it’s up to what activity. Because in the service there is still money. Fajar was confused as to what activity he wanted to do. After deliberation with other administrators, it was finally decided to make a proposal to buy a set of gamelan instruments. “At that time, if I’m not mistaken, the proposal was Rp. 500 million, but in the end we received Rp. 100 million,” said Fajar.
The Rp. 100 million in 2017 or 2018 was finally given a set of gamelan instruments. Incidentally, in the same year there was a purchase of a set of musical instruments. The instruments were then put together, stored in the village hall for the practice of the band “Semampir Semarak”.
As a result, now the music group ‘Semampir Semarak’ is growing rapidly and has been invited to perform many times in various events, both in Kelurahan Semampir, as well as other events outside Semampir. “We have been invited out many times. He also entered television while playing at GOR Jayabaya, “said Eri, one of the coaches for the Semampir Semarak music group.
Several players in the Semampir Semarak music group were also part of the Gus Gendeng recitation group. So that the professionalism of the music group “Semampir Semarak” is not in doubt. “We are still training. Only now so that it will be hampered by the pandemic, “added Eri.
The creativity of the crew of “Semampir Semarak” is also quite well developed. They are not only able to play musical instruments and gamelan well, but they are also able to compose a number of their own songs to be sung at the stages they live in. (continued)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.