Mencermati Pertarungan Head to Head Dhito-Deny (2)
Oleh : Imam Subawi
Wartawan Kediri Post
Pertarungan di Pilkada Kabupaten Kediri 2024 ini, mungkin akan lebih menekankan pada pertarungan keberanian dan totalitas para calon Bupati, baik kubu pasangan Deny Widyanarko – Mudawamah (DEWA) sebagai penantang maupun kubu Dhito-Dewi (DD) sebagai petahana.Prinsip mental dalam unen-unen Jawa ‘Nek Wani ojo wedi-wedi, nek wedi ojo wani-wani’, tampaknya sangat penting bagi kedua kubu calon Bupati untuk menerapkan dalam praktik politik ‘perang’ pemenangan Pilkada. Munculnya rasa takut melangkah, takut kalah, harus dijawab dengan ‘keberanian’. Langkah setengah-setengah, hanya akan memunculkan potensi kekalahan. Mengingat, dua kubu sama-sama memiliki potensi kemenangan.
Terlepas adanya situasi proporsional atau kurang proporsional, mengada-ada atau tidak mengada-ada, setingan atau tidak setingan, atau apapun dalam situasi pertarungan politik yang keras dan terbuka pada Pilkada Kabupaten Kediri 2024 ini, adanya saling lapor, saling mengungkap kelemahan, kesalahan, dan kekurangan dalam praktik organisasi masing-masing, menunjukkan adanya indikasi yang mengarah pada perang terbuka dan keras itu. Situasi ini, diprediksi akan terus semakin keras dan memanas, menjelang masa kampanye dan mendekati hari H pemilihan.
Selain itu, dilihat dari jaringan dukungan keorganisasian, baik Ormas maupun Parpol, secara umum pasangan Dhito-Dewi didukung koalisi partai jumbo, PDI-P, Golkar, PKS, Gerindra, PKS, Demokrat, dan lainnya.
Jika dilihat dari kumpulan hasil suara pada Pemilihan Keterwakilan atau Pemilu Legislatif (Pilleg) Februari 2024 lalu, secara teori potensi kalkulasi suara Pilleg, kubu Dhito-Dewi lebih unggul dibanding kubu Deny-Mudawamah.
Sebaliknya, kubu Deny Widyanarko – Mudawamah (DEWA), yang didukung PKB dan NasDem, kumpulan suara hasil Pilleg-nya lebih rendah. Namun, munculnya Mudawamah, yang juga ketua Muslimat NU Kabupaten Kediri 3 periode, merupakan potensi dukungan umat yang jumbo pula dengan soliditas yang cukup kuat. Apalagi, pada pemilihan kepemimpinan, Muslimat selama ini dikenal sangat solid dengan jumlah umat yang cukup besar. Boleh dikatakan, satu kubu didukung partai jumbo, satu kubu didukung umat jumbo.
Teori dan praktik pilihan keterwakilan (Pilleg) atau pilihan DPRD, sangat kontras dan banyak sisi-sisi yang berbeda dengan teori dan praktik pilhan kepemimpinan, seperti pilihan Gubernur dan Bupati/Walikota. Sosok calon pemimpin, perekatan dan kedekatan sosio psikologis, pengalaman komunikasi personal dan keorganisasian seseorang, menjadi bagian penting terhadap trust atau kepercayaan calon pemimpin, yang bisa berpengaruh kuat pada penentuan pilihan.
Mengingat masing-masing kubu memiliki potensi menang yang setara, keberanian melangkah perang, membangun strategi pemenangan, dan totalitas untuk mencapai tujuan, akan sangat berpengaruh pada peluang menang di masing-masing kubu. Tanpa totalitas, bisa berpotensi amblas. (mam/bersambung)
Tinggalkan Balasan