Kediri – PDP dari klaster pabrik rokok Tulungagung, warga Kelurahan Ngletih, Kecamatan Pesantren meninggal pada Sabtu, (9/5). Ada hal menarik dari pemakamanan yang dilakukan dengan lancar tanpa penolakan warga, yaitu masyarakat jadi lebih patuh dan tidak menyepelekan himbauan. Hal itu yang disampaikan oleh Lurah Ngletih, Kipantoro, Senin (11/05).
“Kalau penolakan tidak ada. Warga sudah menerima dan menyadari bahwa Corona ini bukan aib, tapi harus hati-hati,” kata Kipantoro. Menurutnya, jenazah dari RSUD Gambiran langsung dibawa ke pemakaman tanpa mampir ke rumah. Sebelum jenazah datang, warga gotong royong menggali makam.
Meski sebetulnya warga menjadi khawatir karena kematian di depan mata. Namun karena penyuluhan yang terus menerus dilakukan dan juga warga mengakses informasi dari berbagai daerah tentang perundungan warga net bagi warga yang menolak jenazah, hal itu menjadikan pemahaman bagi warga Ngletih.
“Setelah jenazah datang, warga kemudian menjauh karena sudah ada relawan yang mengenakan APD yang memakamkan,” tutur Kipantoro. Setelah pemakaman usai, warga diminta untuk tidak mengadakan tahlilan yang menjadikan kumpul-kumpul. Kalau pun mengirim doa, bisa dari rumah. Dan kirim doa bersama hanya dilakukan oleh keluarga saja.
“Setelah ada warga meninggal itu, warga semakin taat. Yang tadinya masih ada yang tarawih di mushola, sekarang tidak berani lagi. Tarawih di rumah masing-masing,” tambahnya.
Imbauan untuk melakukan ibadah di rumah sudah jauh-jauh hari dikatakan oleh pemerintah termasuk Pemkot Kediri. Hanya seiring berjalannya waktu, mungkin juga bosan, warga mulai kendor. Di Kelurahan Ngletih, setelah pemakaman itu, warga menjadi tertib. “Virus ini tidak main-main. Itu yang saya tegaskan berulang-ulang ke warga selagi ada kesempatan,” tandasnya.(bad)
Tinggalkan Balasan