TEGANG, HARGA TETAP, DITAKUTI TANAH AKAN HILANG?

WARGA TERDAMPAK PROYEK TOL MULAI TERPECAH?

KEDIRI – Konsentrasi dan kekompakan  sejumlah warga Desa Tiron, Kecamatan Banyakan, Kediri, yang terdampak proyek tol, ditengarai mulai terpecah. Gambaran itu, terlihat dari musyawarah lanjutan antara warga terdampak proyek jalan tol dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Permukiman Rakyat (PUPR) dan Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Kediri, di kantor Kecamatan Banyakan, Selasa (6/6/2023).

KERUBUTI PETUGAS : Sejumlah warga Desa Tiron, mengerubuti petugas yang memanggil warga satu per satu hingga terjadi ketengan antara warga dengan petugas

Pada intinya, mereka meminta kenaikan harga tanah yang sama satu dengan yang lain, karena lokasi lahan mereka sama, yaitu di pinggir jalan raya. Selain itu, mereka ngotot meminta agar ada kenaikan harga dua kali atau kali lipat dari harga umum, seperti yang dijanjikan sebelumnya.

Terpecahnya konsentrasi warga ini, setelah petugas mengubah pola musyawarah itu, yaitu dengan cara langsung memanggil satu per satu warga terdampak, untuk menemui para petugas survey harga ganti rugi atau apresial.

DITAKUT-TAKUTI ? Warga saat menghadapi tim apresial

Berbeda dengan pola musyawarah sehari sebelumnya, Senin (5/6/2023), yaitu dengan menjelaskan pola penentuan harga ganti rugi di depan seluruh warga terdampak yang diundang. Karena warga menolak penjelasan petugas, mereka secara serentak membubarkan diri.

Pada pertemuan lanjutan itu, sejumlah warga sempat berkali-kali bersitegang dengan petugas yang datang. Mereka meminta petugas menjelaskan di depan umum, khususnya soal harga tanah. Namun, ketegangan itu kemudian sedikit mereda.

Sukadi, salah seorang panitia musyawarah, di depan warga menjelaskan, mereka dipanggil satu per satu untuk dijelaskan oleh tim apresial, tentang sudah benar atau tidak tentang data lahan dan rumah yang terdampak pada masing-masing warga. Karena, masing-masing warga terdampak, tidak sama terkait lahan dan rumah yang terdampak. Mendengar penjelasan itu, satu per satu warga akhirnya bersedia dipanggil satu per satu.

Basuki Bakso, salah seorang warga, menjelaskan warga yang dipanggil satu per satu tersebut, saat berhadapan dengan tim apresial, ternyata tidak hanya diminta untuk saling menyesuaikan data lahan warga yang terdampak, dengan data yang dimiliki apresial. Mereka juga membicarakan terkait munculnya harga ganti rugi yang sudah disampaikan ke warga. Meski demikian, umumnya warga tetap menolak dengan ketentuan harga yang sudah ditetapkan apresial. Karena dinilai jauh dari harga umum pasaran. Mereka ngotot minta ganti rugi yang layak.

Sebagian warga mengaku, saat di hadapan tim apresial, dijelaskan harga tanah itu tidak akan bisa naik. Jika tidak mau dengan harga yang sudah ditetapkan, mereka akan berhadapan dengan pengadilan dan tanah akan hilang. Penjelasan inilah, yang dinilai oleh sebagian warga sebagai upaya menakut-nakuti

Musyawarah terkait penentuan harga ganti rugi proyek tol itu, panitia sebenarnya sudah memevah warga dalam tiga tahap pertemuan, untuk 183 warga terdampak, yaitu Senin, Selasa, dan Rabu. Pada pertemuan Senin dan Selasa, masing-masing diundang sekitar 75 warga. Sedang untuk Rabu (7/6/2023), 33 warga sisanya. (mam)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.