‘Bad news is the good news sudah waktunya ditinggalkan. Harus diubah good news is the good news’ pernyataan Prof. Muhammad Nuh DEA, ketua Dewan Pers, pada dialog tokoh-tokoh pers di Surabaya (8/8), itu layak menjadi renungan yang dalam dan panjang bagi setiap pekerja media. Butuh kontemplasi, survey, penelitian, lalu dibuktikan bahwa good news is the good news itu layak disajikan dan dibutuhkan guna mengembalikan media sebagai sentra jendela informasi utama.
Wacana untuk mengubah doktrin media menjadi good news is the good news, sebenarnya bukan wacana baru. Sudah mulai muncul sejak sekitar sepuluh tahun lalu. Tetapi para awak media mayoritas masih ragu dengan doktrin itu. Belum terbukti bahwa berita bagus itu disenangi dan dicari konsumen media. Bagi awak media, sejak puluhan tahun lalu, doktrin bad news is the good news sudah menancap begitu dalam, mendarah daging secara turun temurun. Sehingga untuk mengubahnya, membutuhkan proses panjang dan terus menerus.
Realitas lapangan menunjukkan, sajian good news di media massa selama ini lebih berposisi sebagai berita iklan pemerintah, yang kemudian berpengaruh mereduksi nilai-nilai media sebagai alat control. Good news belum mampu menunjukkan diri sebagai pendidikan masyarakat. Sedangkan bad news, sebenarnya lebih dalam rangka menjalankan fungsi kontrol media terhadap pemerintah.
Di tengah persaingan media yang semakin ketat, bukan hanya antarmedia, tapi juga dengan media sosial (medsos), jika good news is the good tidak mampu menggantikan bad news is the good news untuk merebut perhatian dan kebutuhan konsumen, maka media massa akan terus tergerus oleh medsos, selanjutnya akan mati perlahan, ditinggalkan kosumen.
Perkembangan tehnologi yang begitu cepat, medos yang terus merambah menggerus fungsi-funggsi media massa, harus segera disikapi secara ekstrim oleh media massa. Media massa harus mampu mengubah diri mengambil segmen-segmen yang lebih startegis dan betul-betul dibutuhkan masyarakat konsumen. Sehingga mampu kembali menjadi media informasi rujukan. Salah satunya dengan membawa doktrin inspiratif news, bukan sekadar good news, bukan sekadar informasi.
Peran-peran inspiratif yang mampu membangkitkan semangat inovasi masyarakat dalam menyongsong Indonesia jaya, sejauh ini dirasakan masih sangat kurang dilakukan media massa. Media massa masih stagnan pada doktrin bad news is the good news, yang justru sering melemahkan harapan masyarakat, memunculkan pesimisme, ketidakpercayaan pada pemerintah, dan melemahnya nilai-nilai fungsi pendidikan media massa.
Inspiratif news diharapkan akan mampu membelokkan kembali perhatian masyarakat ke media massa, membangkitkan ghirah, semangat, dan menebar virus inspirasi ke masyarakat untuk terus bergerak maju, mencari terobosan inovatif secara bersama-sama menuju Indonesia Emas 2045.
Tinggalkan Balasan