KEDIRI- Pasar Setonobetek, yang merupakan pasar terbesar di Kota Kediri, kini seperti ‘kuburan’, sangat sepi, pedagang, hampir tidak ada pedagang yang mau menempati los dan kios baru yang diresmikan sejak sekitar 1 tahun lalu, yaitu 18 Oktober 2019. Hanya ada beberapa pedagang yang menempati. Los dan Kios baru yang ditempati hanya sekitar 15 persen. Kesannya, seakan Proyek Pasar Setonobetek itu ‘mengubur’ ekonomi pedagang. Kondisi itu, terjadi baik di lantai satu maupun lantai dua. Di lantai satu misalnya, dari 106 los, hanya ada sekitar 5 los yang ditempati. Kondisi di lantai dua lebih mengenaskan, karena los hampir tidak ditempati sama sekali, kecuali beberapa pedagang pakaian rombengan.
Sejumlah pedagang yang ditemui Kediripost.co.id mengaku kondisi Pasar Baru Setonobetek itu memang sangat sepi. Pembeli seakan tidak ada yang mau datang. Sehingga para pedagang tidak mau menempati los dan kios yang ada. “Sepiii… untuk bayar karcis saja berat,”ujar Prayit, salah seorang pemilik kios.
Untuk karcis ini, setiap hari Rp 6.400 per kios. Sehingga per kios, dalam satu bulan rata-rata sekitar Rp 6.400 x 30 hari = Rp 192.000. Guna mensiasati sepinya pelanggan, Prayitno berdagang pakaian rombengan di lantai dua. “Yaa… biar bisa cukup. Penting bertahan,”katanya.
Sepinya pembeli ini, juga diungkapkan Hari, pedagang gerabah di lantai dua. Menurut Hari, pembeli yang datang ke kiosnya memang turun jauh setelah pembangunan. Pembeli yang ada umumnya pelanggan lama. “Ya… mungkin turun dua puluh lima persen,”katanya.
Berbeda dengan lokasi pasar yang tidak ikut dibangun, dibagian belakang gedung pasar baru. Justru di pasar yang tidak ikut dibangun itu pembelinya lebih ramai dan stabil. “Mereka banyak yang gak mau masuk pasar baru, karena sepi,”jelas Hari. (mam)
Tinggalkan Balasan