Kediri-Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Kediri pada bulan Desember 2022 masih berada dalam level terkendali. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kediri pada Desember tahun lalu tercatat tingkat inflasi Kota Kediri sebesar 0,59% secara mtm atau sebesar 5,76% secara yoy. Adenan, Plh Kepala BPS Kota Kediri menuturkan bahwa berdasarkan inflasi yoy, posisi Kota Kediri berada pada urutan kedua terendah setelah Probolinggo apabila dibandingkan dengan kota/kabupaten lain di Jawa Timur. Dirinya menambahkan, komponen bahan makanan pada bulan Desember mengalami inflasi yoy sebesar 4,43% dan inflasi mtm sebesar 2,58%. “Selain itu kelompok energi juga mengalami inflasi yoy sebesar 16,13% dan inflasi mtm sebesar 0,12%,” jelasnya, Jum’at (13/01).
Adapun sepuluh komoditas utama penyumbang inflasi mtm pada Bulan Desember di Kota Kediri, sebagai berikut: beras mengalami inflasi sebesar 0,109%; daging ayam ras inflasi sebesar 0,090%; telur ayam ras inflasi sebesar 0,088%; cabai rawit inflasi sebesar 0,072%; emas perhiasan inflasi sebesar 0,056%; minyak goreng inflasi sebesar 0,040%; terong inflasi sebesar 0,030%; pecel inflasi sebesar 0,022%; jagung manis inflasi sebesar 0,022%; serta tomat inflasi sebesar 0,022%.
Di samping sebagai pendorong inflasi, terdapat pula sepuluh komoditas utama penghambat inflasi, antara lain: tongkol diawetkan mengalami deflasi sebesar -0,028%; buah naga deflasi sebesar -0,025%; jeruk deflasi sebesar -0,023%; ayam hidup deflasi sebesar -0,010%; apel deflasi sebesar -0,006%; salak deflasi sebesar -0,004%; melon deflasi sebesar -0,003%; kangkung deflasi sebesar -0,003%; kopi bubuk deflasi sebesar -0,003%; serta buah pir deflasi sebesar -0,002%.
Berdasarkan data tersebut, Adenan mengemukakan beberapa hal yang patut diwaspdai pada Januari 2023 yakni terkait kenaikan harga BBM yang mengakibatkan persediaan barang dan penyesuaian harga pada komoditas pabrik mengalami kenaikan akibat penyesuaian biaya transportasi. “Karena kemungkinan cuaca ekstrim terjadi hingga Januari 2023, salah satu dampaknya kaitannya dengan produksi pada kelompok makanan misalnya beras ada kecenderungan untuk naik karena pada Januari belum memasuki masa panen,” kata Adenan. Maka dari itu ia turut memberi masukan kepada Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Kediri agar rutin melakukan kunjungan ke pasar guna memantau harga komoditas terutama yang dikonsumsi masyarakat. “Selanjutnya kalau muncul gejolak perlu dilakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk melakukan operasi pasar,” tandasnya.
Di lain kesempatan, Tetuko Erwin Sukarno, Kepala Bagian Administrasi Perekonomian Pemkot Kediri sependapat dengan Plh Kepala BPS Kota Kediri bahwa TPID Kota Kediri akan segera melakukan sidak pasar guna mengetahui penyebab kenaikan harga. Di samping itu dirinya juga akan tetap menjalin koordinasi dengan TPID utamanya dengan BI guna membahas tren kenaikan komoditas untuk dirumuskan kebijakan antisipasi pada bulan berikutnya. “Menurut data penyumbang inflasi lebih banyak dari bahan makanan, kita akan berkoordinasi dengan TPID karena komoditas yang naik ada di bawah kendali TPID meskipun tidak terlalu tinggi kenaikan harganya”, ujarnya.
Selain bahan makanan, lanjut Erwin, jelang perayaan Natal dan tahun baru ini emas juga cenderung mengalami kenaikan. Ia menilai hal tersebut merupakan fenomena yang wajar. “Kan akhir tahun masyarakat banyak yang mendapatkan tambahan penghasilan dan banyak yang berinvestasi ke emas, sehingga harga emas naik,” katanya. Dirinya berharap pada bulan Januari 2023 TPID Kota Kediri dapat lebih bekerja optimal dalam mengendalikan inflasi. Terkait prakiraan cuaca yang dirilis BMKG, ia juga berharap seiring dengan meredanya cuaca ekstrem pada Januari ini akan dapat berdampak positif pada produksi bahan-bahan makanan serta akan mengembalikan tingkat pasokan dan distribusi komoditas-komoditas ke pasar.[adv/kom]
Tinggalkan Balasan