Kediri – Cerita Panji ditampilkan dalam pertunjukan kolosal di acara Kediri Art Performance yang digelar di Sendang Tirto Kamandanu, Rabu (14/12/2022) malam. Pertunjukan bertajuk “Mbarang Jantur” yang didukung Pemerintah kabupaten Kediri ini dikemas secara apik dengan mengkolaborasikan kelompok kesenian ketoprak, tari, karawitan dan barong.
Penjabat Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Kediri Adi Suwignyo menyampaikan, pertunjukan itu selain memberi hiburan, sekaligus menjadi media untuk melestarikan dan mengenalkan kembali kesenian ketoprak yang sudah jarang dipentaskan terutama pada generasi muda.
“Ini selaras dengan visi misi Mas Dhito (Bupati Hanindhito Himawan Pramana) dalam pengembangan seni budaya di Kabupaten Kediri,” katanya.
Selain ditampilkan di panggung terbuka, kolaborasi seni tradisional itu secara visual berbeda dengan pertunjukan dahulu karena gaya panggung telah ditunjang dengan bantuan teknologi. Seperti dukungan tata cahaya maupun efek smoke atau asap.
Diharapkan dukungan efek-efek itu dapat lebih menarik perhatian penonton dari kalangan muda, tanpa mengurangi keindahan cerita yang dibawakan. Pertunjukan kolosal malam itu mengangkat kisah Dewi Galuh Candra Kirana dengan Raden Inu Kertapati.
Dikisahkan, Dewi Galuh Candra Kirana meninggalkan istana dan menyamar menjadi Panji Semirang. Dalam penyamarannya dia mengetahui calon suaminya Raden Inu Kertapati hendak dijodohkan dengan saudara tirinya Galuh Ajeng.
Tidak sanggup menerima keadaan, Dewi Galuh Candra Kirana hendak mengakhiri hidupnya. Dewa Narada datang menghentikan niat nestapa tersebut. Dewa Narada menasehati Dewi Galuh Candra Kirana dan mengutusnya menjadi Dalang Gambuh Asmorontoko untuk lelaku Mbarang Jantur.
Menurut Adi Suwignyo, pemilihan tempat pertunjukan kolosal yang berlokasi Sendang Tirto Kamandanu itu diharapkan lebih mengenalkan tempat wisata tersebut kepada masyarakat luas. Diakui, beberapa kali pertunjukan kesenian tradisional di Kabupaten Kediri digelar di tempat wisata, termasuk di Candi Tegowangi.
Hal itu sebagai bentuk dukungan Mas Dhito untuk memajukan tempat wisata yang ada di Kabupaten Kediri. Bahkan, menghadapi beroperasinya bandara Kediri, potensi kepariwisataan berbasis kearifan lokal saat ini terus digenjot untuk dioptimalkan.
“Tentunya harapan kita tempat-tempat wisata yang ada di Kabupaten Kediri ini lebih dikenal masyarakat secara luas, tak hanya nasional tapi juga internasional,” ungkapnya.
Pengarah acara Kediri Art Performance Ahmad Ikhwan Susilo menyebutkan, seluruh pemain yang tampil dalam Kediri Art Performance malam itu semua kelompok seni yang ada di Kabupaten Kediri. Lewat seni kolosal itu, ditunjukkan pula adanya regenerasi dalam berkesenian karena pemain yang terlibat, tak hanya pelaku seni tadisi yang sudah tua, melainkan juga dari kalangan pelajar, dan mahasiswa.
“Mereka bertemu dalam satu ruang, bekerja sama, berkolaborasi menyuguhkan pertunjukan ketoprak ini,” terangnya.
Gaya panggung yang ditampilkan diakui berbeda dengan ketoprak dahulu. Hal itu tak lain supaya pertunjukan seni tradisional yang disuguhkan dapat diterima oleh semua kalangan dari jenjang usia yang berbeda. Sebelumnya pertunjukan seni tradisi juga pernah digelar di Candi Tegowangi.
“Pada tahun 2022 ini kali kedua, kita coba eksplorasi dengan gaya dan suasana yang baru,” ucapnya.[adv/kom]
Tinggalkan Balasan