NU Tidak Ingin Punya Bupati?
KEDIRI- Menjelang Konferensi Cabang (Konfercab) PC NU Kabupaten Kediri, 11-13 November 2022, kandidat calon ketua PCNU mulai bermunculan. Sejumlah nama seperti KH Abdurrahman Chafid, dari Pondok Pesantren Turus, Gurah, KH. Asy’ari Masduki, ketua LDNU, KH. Badrul Munir, ketua Lazisnu, dan H. Nurbaedah, wakil ketua PCNU, mulai menyeruak ke permukan di sebagian kalangan pengurus NU. Mereka dinilai sebagai tokoh – tokoh potensial yang bisa muncul untuk bersaing dengan KH Muhammad Makmun alias Gus Makmun, petahana ketua PCNU Kabupaten Kediri.
Sejumlah nama kandidat calon ketua PCNU itu, dinilai merupakan orang-orang yang ikut memiliki peran penting dalam menggerakkan kegiatan-kegiatan kemasyarakat PCNU Kabupaten Kediri selama ini untuk membangun dinamika, kemandirian umat, dan gerakan sosial kegamaan NU.
Sekretaris NU Kabupaten Kediri, H. Bahrudin, ditemui di kantor PCNU Kabupaten Kediri, menjelaskan selama ini NU Kabupaten Kediri terus berupaya untuk membangun kemandirian ekonomi organisasi melalui berbagai kegiatan yang mengandalkan kekuatan kegotongroyongan pengurus dan anggota. Sehingga saat ini di lingkungan PCNU Kabupaten Kediri sudah banyak memiliki armada penunjang kegiatan sosial kemasyarakatan, khususnya di NU tingkat kecamatan atau MWC. “Alhamdulillah sudah ada puluhan armada mobil untuk kegiatan sosial NU, khususnya di tingkat MWC-MWC,” ujar Bahrudin.
Ditanya soal apakah NU selama tidak menginginkan memiliki Bupati Kediri dari kader NU? Karena selama Pemilihan Buoati sejak paska reformasi, yaitu pemilihan Bupati tahun 2000 sampai 2019, kader NU selalu berada di wakil Bupati, belum pernah memiliki Bupati dari kader NU. Sedangkan saat ini, NU Kabupaten Kediri sedang dalam kondisi sangat solid sejak adanya PKPNU.
Menjawab pertanyaan itu, Bahrudin tidak menjawab secara langsung. Dia menjelaskan, bahwa politik NU adalah politik kebangsaan. Sehingga sering orang luar NU, sulit memahami langkah politik NU, meskipun potensinya pemilihnya sangat besar. “Politik NU itu politik kebangsaan. Untuk bisa memahami jalan pikiran, kebijakan, dan arah politik NU, orang harus betul-betul masuk ke NU, bukan sekadar mengamati dari luar,”tandasnya.
Menurut Bahrudin, yang paling penting sekarang ini adalah membangun kemandirian ekonomi dan organisasi NU. Tidak bergantung pada pemerintah, partai politik, atau apapun. “Kemandirian NU itu sudah kita rasakan dengan cara saling dukung dan gotong royong antar pengurus dan warga NU,”tambahnya. (mam)
Tinggalkan Balasan