NGANJUK – Jembatan Lama, yang berlokasi di wilayah Kecamatan Kertosono, kini ditutup total. Tak sedikit warga setempat kecele saat hendak melintasi jembatan, karena di police line (garis polisi) oleh Polisi. Artinya, jembatan yang sudah berumur ratusan tahun tersebut tidak boleh dilintasi lagi.
Pantauan di lokasi, sejumlah warga saat hendak melalui Jembatan itu terpaksa harus kembali lagi. Sebab, di pintu masuk jembatan tersebut tampak sebuah garis polisi yang membentang di badan jalan. Artinya, Jembatan itu sudah tidak boleh dilalui oleh siapa pun tanpa terkecuali.
Informasi didapat, Jembatan tersebut terpaksa dipolice line oleh Polsek Kertosono, sejak Sabtu, (3/2) pagi. Pihak kepolisian menilai, Jembatan lama sudah tidak layak lagi untuk digunakan. Jika, tetap dilalui maka besar kemungkinan akan membahayakan penguna itu sendiri.
Betapa tidak, kondisi Jembatan kini sudah tampak rusak berat. Selain badan jembatan yang membujur di atas sungai brantas terlihat nyaris putus dan ambruk, bagian pondasi jembatan pun terlihat ada retakan yang cukup besar yang seakan tidak kuat lagi menahan badan jembatan.
Makanya, pihak kepolisian setempat bertindak cepat untuk mengantisipasi dan mengatasi persoalan tersebut. Sehingga, jembatan yang kondisinya kini sudah rusak berat itu tidak sampai menelan korban jiwa.
“Upaya penutupan jembatan ini guna mengantisipasi jangan sampai terjadi kecelakaan. Terlebih sampai menelan korban jiwa akibat terperosok ke lubang jembatan,” ungkap Kapolsek Kertosono, Kompol Abraham Sisik.
Menurut Abraham, badan jalan yang nyaris putus dan ambruk itu disebabkan pada bagian kaki jembatan sudah tidak berfungsi untuk menyangga beban badan dan gelagar jembatan, karena mengalami degradasi (penurunan). “ Itu bisa dilihat dari kemiringan kaki sudah mencapai 90 derajat, “ sebutnya.
Disisi lain, Jembatan yang terlihat rapuh ini ternyata memiliki nilai historis yang sangat tinggi. Bagaimana tidak, jembatan inilah yang dulu menjadi penghubung bagi pemuda Nganjuk maupun Kertosono dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Surabaya. Mungkin sumbangsih kekuatan besar dari para pemuda akan berkurang banyak seandainya dulu jembatan lama ini tidak pernah ada.
“Menurut keterangan beberapa sumber, dulunya sering terjadi pertempuran antara warga setempat dengan penjajah di area sekitar jembatan lama. Kalau tidak ada jembatan ini mungkin para pemuda akan kesulitan dalam mempertahankan kemerdekaan,” Kisah Luqman Surya, pendiri Sastrajendra ketika melakukan aksi teatrikal di jembatan ini beberapa waktu lalu.
Bahkan, melalui beberapa aksi unik, Luqman bersama kawan-kawan pecinta seninya kerap menyuguhkan aksi-aksi menarik yang mengandung unsur kritik dan saran kepada pemerintah. Pihaknya berharap agar pemerintah bisa melestarikan jembatan ini atau minimal mengambil langkah agar nilai sejarah dari jembatan lama ini tidak terhapus begitu saja seiring perkembangan zaman.
“Kami berharap kepada pemerintah agar tetap menjaga jembatan yang memiliki nilai sejarah tinggi ini. Akan lebih baik jika lokasi ini dijadikan monumen atau objek wisata edukasi,” tutur pria yang menjadi pembina dan pengasuh di Sastrajendra.
Kendati demikian, masyarakat juga tidak boleh terlalu dibutakan oleh sejarah, alias harus bisa berfikir dan memandang secara realita. Jembatan lama ini memang memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi. Akan tetapi, untuk tetap memaksakan agar jembatan ini bisa dilalui dengan kondisi yang sekarang ini tentu merupakan pilihan yang konyol. Karena itu, sudah menjadi tanggung jawab pemerintah untuk memikirkan mau dibawa kemana nasib jembatan lama ini untuk ke depan.(an/kp)
Tinggalkan Balasan