Jelang Penyusunan RPJPD Dan RPJMD, Pemkot Kediri Gelar Creative Talk & Gathering Bersama Pelaku E-Kraf

Kediri-Menjelang penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Bappeda Kota Kediri menggelar forum diskusi Creative Talk & Gathering, Selasa (12/12). Kegiatan yang mengusung tema “Meng-Aktivasi Kediri : Kolaborasi Menuju Kota Kreatif” tersebut dilaksanakan di Ballroom salah satu Hotel yang ada di Kota Kediri dan dihadiri oleh 40 peserta dari OPD dan pelaku Ekonomi Kreatif (E-kraf) di Kota Kediri.

Dalam diskusi tersebut, Bappeda Kota Kediri menghadirkan 3 narasumber yaitu, Arief Priyono salah satu pegiat komunitas kreatif di Kota Kediri, Dias Satria sebagai Founder Jagoan Indonesia, dan Arif Bawono Surya Founder Let’s Play Indonesia.

Kepala Bappeda Kota Kediri, Chevy Ning Suyudi dalam sambutannya mengatakan pihaknya diakhir tahun 2023 hingga 2024 memiliki tugas untuk menyusun RPJPD untuk tahun 2025 – 2040. Selain itu dengan pergantian kepemimpinan Walikota Kediri pada tahun 2024 dan masa kekosongan Kepala Daerah pada 2025 Bappeda harus melakukan penyusunan RPJMD untuk masa transisi tersebut. “Seharusnya pergantian Walikota dilakukan tahun 2024, tapi karena ada Pilkada serentak pelantikan Walikota Kediri baru bisa dilaksanakan diperkirakan pada bulan Februari hingga April 2025. Jadi kami harus mengisi kekosongan perencanaan di tahun 2025 dengan Rencana Pembangunan Masa Transisi,” ungkapnya.

Dengan keadaan tersebut, Chevy merasa perlu melakukan diskusi untuk mendapatkan masukan dari berbagai pihak termasuk pelaku E-kraf dalam penyusunan RPJPD dan RPJMD. Sejak 2015, Bappeda Kota Kediri telah memprediksi jika kedepan Kota Kediri akan berubah dari Kota industri pengolahan menjadi Kota Ekonomi berbasis jasa. “Dulu sudah kita prediksi di tahun 2015. Perubahan itu semakin nyata saat Pemerintah Pusat mengumumkan pembangunan Bandara Dhoho dan jalan tol sebagai salah satu proyek strategis nasional. Jadi mau tidak mau kita harus berubah ke ekonomi berbasis jasa,” imbuhnya.

Meskipun Pemkot Kediri tidak memungkiri jika memiliki kekhawatiran bernasib sama dengan kota – kota lain yang dilalui jalan tol. Dimana beberapa titik – titik transit berupa wisata kuliner menjadi sepi dikarenakan beroperasinya jalan tol. “Kita pasti punya kekhawatiran itu. Tapi kita tetap optimis karena sudah melakukan perubahan sejak 10 tahun yang lalu. Seperti pembangunan beberapa perguruan tinggi negeri, pondok pesantren yang membuat Kota Kediri menjadi kota tujuan bukan hanya kota transit,” ucap Chevy. Ia berharap dari kegiatan diskusi yang digelar, para pelaku E-kraf dapat memberikan masukan yang sesuai dengan RPJPD tahun 2025 hingga 2040 untuk menuju Kota perdagangan dan jasa.

Sebagai pelaku E-kraf di Kota Kediri, Arief Priyono menyarankan pentingnya pemerintah daerah melakukan pemetaan industri kreatif di Kota Kediri. Sehingga orang di luar Kota Kediri mengetahui apa yang diinginkan jika sedang berkunjung di Kota Kediri. “Kita perlu melakukan pemetaan dan analisis mana saja karya – karya terbaik di Kota Kediri dari sisi industri kreatif dan kita perlu database yang mudah dijangkau semua orang,” ujarnya. Jika sudah terkoneksi dengan database pemerintah dapat membuat kurikulum yang baik untuk melakukan edukasi membangun industri kreatif.

Setelah semuanya telah dilakukan, pemerintah dapat menyaring ide – ide dari pelaku industri kreatif. Dari ide – ide tersebut dapat di kurasi dan diwujudkan melalui festival industri kreatif tahunan. “Kita lihat industri kreatif seperti di Kota Bandung, Jakarta, Yogyakarta bisa besar dan di kenal luas seperti sekarang karena ada peran pemerintah. Kami harap Pemkot Kediri juga melakukan hal yang sama jika ingin memperbanyak action di dunia industri kreatif,” harapnya.[adv/kom]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.