Kediri- Mujahadah Kubro yang berlangsung selama empat hari di Ponpes Kedunglo Kota Kediri, di hadiri oleh Saifullah Yusuf atau yang akrab disapa Gus Ipul. Selain itu juga dihadiri oleh sejumlah pejabat baik tingkat local, nasional maupun internasional.
Bahkan beberapa calon bupati maupun walikota juga hadir. Seperti Cabup dan Cawabup Nganjuk Novi Rahman dan Marhaen, ada Cabup dan Cawabup Tulungagung, Syahri B Mulyo dan Maryoto Birowo serta Plt Bupati Trenggalek, Nur Arifin serta pasangan calon Wali Kota dan Wakil Walikota Kediri Samsul Teguh.
Pengasuh Ponpes Kedunglo Kediri, KH. Abdul Latif Madjid mengatakan kegiatan ini menjadi satu agenda rutin Ponpes Kedunglo. Menurut Kanjeng Romo ini, pada saat negara dalam situasi panas di Tahun Politik, Ponpes Kedunglo bakal tetap bersikap netral dan tidak mau turut campur.
“Kami berharap siapa pun pemimpinnya bisa menjadi cahaya buat semuanya. Karena amanah akan dipertanggung jawabkan dikemudian hari,” terangnya kepada republikjatim.com, Minggu (08/04/).
Sementara itu Gus Ipul, mengaku majelis ini (Mujahadah Kubri) tidak hanya punya dampak spiritual saja, tetapi juga ada keshalehan sosial. “Melalui majelis ini bisa bayangkan berapa putaran ekonominya. kemudian ada dampak – dampak lain yang ikut menghidupkan Kota Kediri ini,” ujarnya.
Mujahadah Kubro ini dihadiri oleh ratusan ribu jamaah dari berbagai penjuru tanah air. Mereka adalah para pengamal Sholawat Wahidiyah. Kehadiran para jamaah ini menjadi berkah tersendiri bagi masyarakat setempat.
Warga banyak yang menyewakan rumahnya, dan kos-kosan miliknya dengan harga yang bervariatif. Mereka juga berjualan makanan untuk para jamaah dari luar kota. Satu warung makan mampu menghasilkan omset kurang lebih Rp 10 juta per harinya.
Selain usaha makanan dan tempat tingga, usaha parkir pun juga bergeliat. Masyarkaat membuka lahan miliknya untuk kegiatan parkir para jamaah. Bahkan, hotel maupun homestay yang berada di Kota Kediri tak luput dari dampak ekonomi yang ditimbulkan.
Masih kata Gus Ipul, Mujahadah Kubro yang dilaksanakan rutin dua kali dalam satu tahun ini bisa menjadi icon baru di Kota Kediri, apabila dikemas dengan baik.
“Sekarang ini sudah dimulai oleh para kiai dengan parade budaya. Kalau setiap tahun ini dikemas bisa jadi seperti Jember dan Banyuwangi. Disampingi Mujahadah, akan ada Kirab Budaya. Merupakan ajang bagi segenap jamaah dari berbagai kabupaten kota dan juga provinsi lain, untuk menampilkan seni budayanya,” jelas Gus Ipul.(bd)
Tinggalkan Balasan