Mengakui Ada Perbedaan Spek, Mudah Diatasi?
Menelisik Mangkraknya Pembangunan Alun-Alun Kota Kediri (2)
Oleh : Imam Subawi
Wartawan Kediri Post
KEDIRI – Proyek pembangunan alun-alun Kota Kediri yang sekarang sedang mangkrak, karena proses pembangunan dihentikan dan diputus kontrak, sempat diisukan bahwa sebenarnya proyek ini sempat ada upaya untuk ‘diselamatkan’ oleh oknum anggota dewan atau DPRD Kota Kediri.
Proses untuk ‘penyelamatan’ di DPRD Kota Kediri itu, dilakukan sebelum proyek Alun-Alun itu benar-benar dihentikan dan dilakukan putus kontrak. Sebagian anggota dewan, berusaha melakukan lobi-lobi politik ke anggota dewan yang lain, terutama fraksi-fraksi. Hanya saja, sebagian fraksi ternyata sudah telanjur menentukan sikap untuk menyetujui proses pemutusan kontrak itu. Sehingga, lobi-lobi politik untuk ‘menyelamatkan’ proyek itu menjadi gagal.
Katino, wakil Ketua DPRD Kota Kediri, dan yang sempat diisukan berupaya melakukan ‘penyelamatan’ proyek alun-alun, saat ditemui Kediri Post, tidak mengelak soal adanya upaya upaya ‘menyelamatkan’ proyek alun-alun itu. Dia menyebut, di dewan memang ada perbedaan pendapat terkait proyek alun-alun itu, apakah akan diputus kontrak atau tidak. “Memang ada perbedaan pendapat,”kata Katino.
Upaya (‘menyelamatkan’ , red) itu, lanjut Katino, karena bisa merugikan masyarakat, misalnya biasanya masyarakat bisa memanfaatkan alun-alun, dengan mangkraknya pembangunan alun-alun itu, maka masyarakat tidak bisa menikmati alun-alun. “PKL (Pedagang Kaki Lima,red) di sekitar alun-alun, juga dirugikan. “Kalau mangkrak seperti ini, mau diapakan? Mau dibuat apa?,”tambah Katino dengan nada tanya.
Katino mengakui, memang ada beberapa kualitas bangunan yang berbeda dari spek atau tidak sesuai dengan spek yang sudah ditetapkan. Misalnya, beton yang seharusnya memiliki kekuatan K-250, setelah dilakukan cor, ternyata tidak mencapai K-250. “Ada 11 atau 12 titik yang hasilnya tidak sesuai spek.”tandasnya.
Mengutip pernyataan kontraktor, Katino menyebut, persoalan tersebut sebenarnya mudah untuk diatasi. Kontraktor ini (PT. Surya Sarana Sentosa,red), katanya pernah mengalami hal serupa saat membangun gedung di Surabaya. Kemudian kontraktor ini memanggil PT atau CV spesialis yang bisa mengatasi persoalan beton. “Sampai sekarang, bangunan itu (di Surabaya,red) masih aman saja,”kata Katino.
Sementara itu, Kepala Dinas PUPR Kota Kediri, Endang Kartika Sari, sempat menjelaskan bahwa pihaknya terpaksa melakukan putus kontrak, karena khawatir jika diteruskan, bisa membahayakan pengunjung, yaitu ada kemungkinan bangunan itu rawan ambruk. Mengingat, betonnya tidak sesuai spek yang ditetapkan. “Kan rawan itu. Kalau pas banyak pengunjung, terus bangunan ambruk, bagaimana?,”katanya. (mam/bersambung)
Tinggalkan Balasan