Trenggalek-Wahyu Kurniawan Subeki, anak buruh harian kasar ini sukses jadi Bintara Meski dilahirkan dari keluarga yang tidak mampu, namun tekadnya untuk mengabdi kepada bangsa dan negara patut di apresiasi. Adalah Wahyu Kurniawan Subeki (19) pemuda asal Desa Wonocoyo Kecamatan Pogalan Kabupaten Trenggalek Jawa Timur. Putra buruh bangunan ini berhasil menjadi Bintara Polri.
Rumor yang beredar, untuk bergabung menjadi keluarga Bhayangkara itu harus mengeluarkan uang pelicin. Buktinya putra pasangan Basuki-Bandiyah pasutri yang bekerja sebagai buruh kasar harian ini, sama sekali tanpa mengeluarkan uang sepeserpun alias gratis.
“Awal bulan April 2018 lalu, anak saya dengan penuh semangat mendatangi Mapolres Trenggalek. Bermodalkan ijazah SMKN 1 Trenggalek, bertekad ikut bersaing dengan ribuan anak muda dari Jawa Timur untuk mendaftar Bintara Polri,” ucap Basuki, Rabu (8/8/2018).
Menurut pria berusia 52 tahun yang kesehariannya bekerja sebagai buruh bangunan tenaga pasang plafon dan lisplang, tidak menyangka jika anaknya di terima dan menjadi Bintara Polri.
“Saya bekerja ikut orang sebagai tenaga pasang plafon dan lisplang, ketika baru saja pulang kerja di Jawa Tengah dan mendapat kabar bahwa anak kami dinyatakan lulus seleksi. Berita itu, antara percaya dan tidak,” akunya.
Diceritakan Basuki, perjuangan anaknya menjadi siswa Bintara Polri itu dilalui dengan penuh jalan berliku. Wahyu sempat satu kali mencoba mendaftar pada tahun 2017, namun gagal di bidang akademik
Wahyu memang seorang anak yang penuh semangat dan tidak mudah putus asa. Berdasarkan pengalaman sebelumnya Wahyu mempersiapkan sedini mungkin dengan mengasah kemampuan di bidang akademik dan fisiknya.
“Pada akhirnya kesempatan itu datang. Pada awal bulan April 2018, Wahyu kembali mencoba mendaftar. Kesempatan kedua ini akhirnya diterima tanpa ada pungli pada seleksi tersebut,” imbuhnya.
Basuki menambahkan, keberhasilan yang dicapai anaknya bergabung menjadi siswa Bintara Polri, bukan kebetulan semata. Namun, buah persiapan yang dilakukan anaknya setelah gagal di kesempatan pertama.
“Dari pengalaman anak saya, alhamdulillah semua gratis,” pungkasnya.( ko)
Tinggalkan Balasan