Ada Upaya Percepatan Penyelesaian Alun-Alun?

Desain Sempat Ditolak, Berbeda dengan Desain Awal?

Menelisik Mangkraknya Proyek Alun-Alun Kota Kediri (9)

Oleh : Imam Subawi

Wartawan Kediri Post

KEDIRI – Dinamika proses pelaksanaan proyek alun-alun Kota Kediri yang kini mangkrak, tergolong tampaknya cukup variative di berbagai sisi. Proses rencana pembangunan alun-alun itu, sebenarnya sudah dimulai sekitar tahun 2018 lalu dan sempat mendapatkan penolakan sebagian masyarakat, yang disampaikan dalam bentuk temu budaya di tengah alun-alun, yang salah satunya dimotori oleh (alm) Bastomi alias Odik, mantan anggota DPRD Kota Kediri.

Salah satu alasannya, karena patung Mayor Bismo akan dipindah lokasinya dan/atau dihilangkan dari alun-alun. Umumnya, mereka khawatir nilai-nilai sejarah dan budaya yang terkandung di alun-alun, akan hilang.

Wacana tentang proyek alun-alun ini, sempat mereda bersamaan dengan munculnya covid-19. Namun, tiba-tiba muncul kembali dengan dimulainya proyek pembangunan alun-alun pada pertengahan 2023. Dalam proses pembangunan alun-alun, masyarakat juga sempat dihebohkan dengan beredarnya video animasi gambar desain alun-alun tandingan versi Masyarakat, yang didesain oleh warga, yaitu Harianto Sakkal.

KETUA KOMISI C : Ashari, Ketua Komisi C DPRD Kota Kediri

Namun dalam proses Pembangunan, dalam waktu singkat, masyarakat lagi-lagi dikejutkan dengan kabar bahwa proyek alun-alun dihentikan, kontrak diputus, karena tidak sesuai spesifikasi atau spek, hingga dinilai bisa membahayakan pengunjung, dikhawatirkan bisa ambruk dan memakan korban.

Di sebagian kalangan masyarakat, muncul juga isu bahwa proyek alun-alun di beberapa hal terkesan dipaksakan, ada juga isu bahwa ada yang menginginkan upaya percepatan penyelesaian proyek alun-alun, sebelum masa kontrak habis, maju hingga hitungan bulan, yang kemudian memunculkan spekulasi-spekulasi liar di sebagian masyarakat.

Isu upaya percepatan penyelesaian ini, kemudian memunculkan isu-su spekulatif, dugaan, asumsi, dan yang serupa, yang diduga mengakibatkan kontraktor bisa kebingungan hingga kurang memperhatikan kualitas bangunan proyek, karena mengejar percepatan. Meski demikian, spekulasi liar di sebagian masyarakat ini, tidak bisa dijamin kebenarannya. Yang pasti, tidak ada kontrak terdokumen untuk percepatan penyelesaian.

Ketua Komisi C DPRD Kota Kediri, Ashari, saat dikonfirmasi mengaku sempat mendengar sejumlah isu di masyarakat terkait upaya percepatan penyelesaian proyek alun-alun itu. Namun, dia mengaku tidak tahu pasti. “Itu kan isu saja. Ya, saya memang sempat mendengar isu itu dari masyarakat. Tetapi setahu saya, kontraknya memang sampai akhir Desember 2023,”kata Ashari, saat ditemui Kediri Post.

Menurut Ashari, komisi gabungan di DPRD Kota Kediri, sempat melakukan sidak (inspeksi mendadak,red) ke proyek alun-alun, yang kemudian menemukan beberapa kualitas bahan yang diragukan. Misalnya, bahan bantaran rumput yang ternyata kualitas hanya bisa bertahan sekitar 3 tahun, kemudian harus diganti lagi. “Penggantian itu tidak bisa diganti begitu saja, harus dibongkar. Biayanya bisa sekitar 3 sampai 5 miliar. Kalau tidak diganti, rusak, air bisa trocoh ke bawah dan bisa mengganggu area perdagangan di bagian bawah,”jelasnya.

Saat ditanya soal gambar desain alun-alun yang dinilai sebagian masyarakat kurang mengakomodasi kearifan lokal, Ashari mengaku dewan sebenarnya sudah memberikan masukan agar desain diubah dengan memasukkan budaya dan kearifan lokal. Tetapi ternyata tetap berjalan sesuai desain dari Andra Matin. “Desain itu pun, berbeda dengan desain yang dirancang pada perencanaan 2018 lalu, di bagian atas ada jalan melingkar untuk jalan-jalan santai pengunjung. Saya dan para anggota dewan lain, juga sempat kaget dengan desain baru itu,”tandas Ashari.

Terkait dengan kualitas bangunan, Ashari juga mengakui bahwa hasil uji laboratorium, kualitas beton memang sebagian jauh di bawah spek yang disepakati, yaitu K250. Bahkan ada yang di kisaran K150. “Kalau proyek ini diteruskan, kemudian saat masyarakat berkumpul terus ambruk, lalu memakan korban, siapa yang bertanggungjawab? Kita berpikir jauh soal akibat yang bisa mungkin terjadi, selain persoalan kualitas bangunan beton yang tidak sesuai kesepatan,”tambah Ashari. (mam/bersambung)   

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.