Kediri – Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana memberikan motivasi kepada mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Institut Agama Islam Tribakti Kediri. Salah satu motivasi yang diberikan terselip beberapa candaan yang menggeletik ratusan mahasiswa.
Bagaimana tidak, dibalik bupati yang tegas itu ternyata juga mampu berkelakar. Bahkan bupati yang akrab disapa Mas Dhito ini memberikan pesan kepada mahasiswa untuk mengimplementasikan doa-doa yang dipelajari di bangku kuliah ketika melihat kepala desa setempat sedang pusing menyelesaikan persoalan.
“Nanti kalau pak lurah sudah pusing dan mengeluh, doain pasti sembuh (pusingnya)” canda Mas Dhito. Mendengar kelakar Mas Dhito ini, semua peserta yang mengikuti pembukaan KKN IAIT berbasis pengembangan desa itu tertawa.
Namun dari candaannya, Mas Dhito tetap menginputkan serangkaian motivasi yang membuat mahasiswa itu menganggukkan kepala dan mengamini apa yang menjadi harapan bupati yang kerap mengendarai vespa itu.
“Nanti kalian akan ditempatkan di desa-desa. Disini juga ada pak lurah dan bu lurah yang tadi sempat mengeluhkan beberapa persoalan. Jadi saya hanya nitip (pesan) kalau bisa kalian semua ikut terlibat di pemerintahan desa,” pesan Mas Dhito.
Orang nomor satu di Kabupaten Kediri ini juga menceritakan bagaimana dirinya pernah menjalani KKN di Desa Malaka, Lombok Utara. Saat KKN, Mas Dhito mengaku bingung. Karena pihaknya yang menempuh Fakultas Hukum itu ditempatkan di desa yang menurut masyarakat Lombok Utara bermakna hutan. “Saya betul-betul bingung. Saya fakultas hukum ditaruh di hutan. Apa yang saya pelajari,” katanya.
Tapi yang tidak kalah penting, lanjut Mas Dhito, dari KKN bisa memotret bagaimana kehidupan bermasyarakat yang sebaik-baiknya. Karena dari potret bermasyarakat inilah nantinya digunakan sebagai pelajaran ketika mahasiswa sudah menjadi tokoh masyarakat ataupun pemimpin. Seperti rektor, bupati, camat, lurah hingga RT.
Di sisi lain, Mas Dhito juga mengajak mahasiswa KKN ini untuk ikut membantu pelaku UMKM di desa penempatan agar lebih maju. Karena menurutnya, masih banyak UMKM yang masih minim mengenai informasi dan pemasaran.
Sementara itu, Rektor IAIT Kediri, Reza Ahmad Zahid atau yang dikenal Gus Reza menyebutkan alasan kenapa pihaknya memilih Kecamatan Puncu sebagai wilayah KKN bagi mahasiswanya. Menurutnya, kecamatan penghasil cabai terbesar di Kabupaten Kediri ini memiliki potensi yang luar biasa untuk pembelajaran bagi anak didiknya itu.
“Kami sampaikan kepada Bapak Bupati, bahwa tahun ini kami terpikat pada Kecamatan Puncu karena kami melihat potensi ini bisa dikembangkan oleh mahasiswa,” katanya.
Sebagai informasi jumlah mahasiswa KKN IAIT Kediri tahun ini sebanyak 526 mahasiswa yang akan ditempatkan di 8 desa yang ada di Kecamatan Puncu tersebut.[adv/kom]
Tinggalkan Balasan