Kediri-Inovasi Pelayanan Publik Putri Lestari (Pelayanan Terpadu dan Terintegrasi Thalassemia) Kota Kediri memasuki penilaian tahap ketiga yakni presentasi dan wawancara yang dilakukan secara virtual, dari Command Center Kota Kediri, Rabu (5/10). Tahapan ketiga tersebut setelah terpilih dalam 45 besar Top finalis Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KOVABLIK) Jatim 2022. Wali Kota Kediri memaparkan secara detail program inovasi pelayanan publik Kota Kediri tersebut.
Wali Kota Kediri menjelaskan bahwa awal terbentuknya inovasi pelayanan publik Putri Lestari ini dari membuka komunikasi dengan para orang tua yang memiliki anak penderita thalassemia. Dari situ lah didapatkan informasi bahwa pasien thalassemia di Kota Kediri ini kebanyakan adalah anak-anak. Informasi tersebut membuat Pemerintah Kota Kediri ini memiliki awareness terhadap thalassemia, karena pentingnya mereka mendapatkan pelayanan terbaik.
“Dulu kami tidak bisa melayani mereka dan harus mengirimkan mereka ke Surabaya. Lalu kami mencoba membuat kolaborasi antara rumah sakit, PMI, Dinkes, para orang tua thalessemia dan mengajak orang tua asuh yang ada di Brigif 16 Wira Yudha untuk mendapatkan darah yang cocok. Hal itu tetap tidak bisa menemukan jalannya. Lalu kita mencoba membuat terobosan kemudian kita intergrasikan, alhamdulillah menemukan jalannya,” jelas Abdullah Abu Bakar.
Pada akhirnya RSUD Gambiran Kota Kediri bekerja sama dengan PMI Kota Kediri menjadi Rumah Sakit Tipe B pertama yang mampu memberikan transfusi leucodepleted, sehingga pasien tidak perlu lagi dirujuk ke RS Tipe A di Surabaya atau Malang. Selain itu, adanya jalur fast track di RSUD Gambiran untuk para pasien thalassemia, yang sebelumnya mereka harus antri lama untuk mendapatkan pelayanan. Tempat untuk para pasien thalassemia ini dibuat nyaman dan layak untuk anak. Didesain khusus agar anak nyaman saat mendapatkan pelayanan.
Namun, masih ada satu masalah yakni ketersediaan deferasirox. Abdullah Abu Bakar menjelaskan bahwa deferasirox ini adalah obat untuk pasien thalassemia. BPJS hanya menyediakan 500 ml deferasirox ini sedangkan yang dibutuhkan adalah kurang lebih 750 ml. Untuk mengatasi masalah tersebut melalui program Corporate Social Rensponsibility (CSR), RSUD Gambiran mampu memberikan deferasirox tanpa harus membebankan biaya kepada pasien.
Setelah dilakukan evaluasi dari implementasi tersebut, Wali Kota Kediri mengungkapkan tenyata memang benar sebelum ada inovasi pasien dirujuk ke rumah sakit tipe A ada sebanyak 50%. Setelah dilakukan inovasi ini pasien yang dirujuk hanya 18,2% saja dan pasien tidak dirujuk sebanyak 81,8%. Hal tersebut berarti ada pengurangan yang sangat signifikan, sehingga pasien thalassemia bisa langsung mendapatkan pelayanan di Kota Kediri. “Setelah kita evaluasi, kita mencoba untuk survei apakah mereka puas atau tidak. Sebelum adanya inovasi ini mereka yang tidak puas dilayani di rumah sakit di Surabaya karena mereka harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit. Akhirnya dengan adanya inovasi ini ada sebanyak sekitar 95% pasien thalassemia yang puas,” ungkapnya.
Tim juri dalam Kovablik Jatim 2022 diantaranya Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya Prof. Jusuf Irianto, Kepala Perwakilan Ombudsman RI Jawa Timur Agus Muttaqin, Direktur Eksekutif The Jawa Pos Institute of Pro Otonomi (JPIP) Rohman Budijanto, Provincial Coordinator USAID Erat Jatim Dina Limanto, National Advisor For Governance and Public Service Sedhi Setiadhi, serta Public Sector Specialist, Pentatone Creative Didik Purwondanu.(adv/kom)
Tinggalkan Balasan