PROYEK SALURAN DI PAPAR, MINTA DIHENTIKAN SEMENTARA

WARGA MINTA JAMINAN AKSES DIKEMBALIKAN

KEDIRI – Proyek pembangunan saluran air di Jalan Kertosono-Kediri, Desa Minggiran, Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, diminta oleh sebagian warga untuk dihentikan sementara. Mereka meminta jaminan ke palaksana proyek, bahwa jembatan atau jalan akses ke rumah-rumah warga akan dikembalikan seperti semula.

Proyek pembangunan saluran air itu, saat ini sedang berjalan. Proyek itu berada di sisi timur dan sisi barat jalan raya Kertosono – Kediri. Pasir dan batu terlihat banyak bertumpuk di pinggir jalan. Untuk prmbangunan di sisi timur, terlihat hampir selesai dan tinggal melaksanakan finishing.

Sedangkan proyek di sisi barat jalan, masih dalam proses pengerukan tanah. Sehingga lubang hasil pengerukan itu terlihat menganga lebar. Pada sisi barat ini, ada banyak rumah warga, yang akses jalan masuk ke rumah-rumah warga itu terputus.

Untuk akses jalan masuk ke rumah, sebagian warga membuat akses jalan sendiri dengan memasang bambu atau kayu, sekadar untuk akses masuk rumah secara darurat. Sehingga bisa untuk dipakai jalan kaki agar bisa masuk ke rumah. Setidaknya, warga tidak harus melompat kaki di atas lubang proyek itu, untuk akses masuk rumah masing-masing.

Hilangnya akses jalan masuk ke rumah-rumah warga inilah, yang diharapkan bisa ada jaminan dari pelaksana proyek, untuk dikembalikan. Jangan sampai, pelaksana proyek akan pergi begitu saja setelah proyek selesai. Sedangkan warga, akhirnya harus membangun sendiri akses jalan masuk ke rumah masing-masing

Purwanto, salah seorang warga Desa Minggiran, Kecamatan Papar, menjelaskan pihaknya meminta agar ada jaminan tertulis dari pelaksana proyek saluran air, nantinya mengembalikan akses jalan masuk ke rumah-rumah warga. Jika tidak ada jaminan tertulis, dikhawatirkan pelaksana proyek akan pergi begitu saja, setelah proyek selesai. Sedangkan warga, terpaksa membangun sendiri akses jalan ke rumahnya dengan biaya sendiri-sendiri, karena di depan rumah ada saluran air yang menganga.

Situasi ini, bisa membuat warga merugi. Karena untuk membangun akses jalan ke rumah masing-masing warga, bisa menghabiskan dana jutaan rupiah.

Mujito, salah seorang warga, mengaku habis sekitar Rp 125 ribu untuk membuat jalan akses masuk ke rumahnya, yang terbuat dari bambu. Sebab, jika dia tidak membuat akses jalan darurat, dia harus melompat kaki di atas lubang proyek saluran air itu, untuk bisa masuk ke rumah.

Mujito mengaku akan berterimakasih jika pihak pelaksana proyek, nantinya bersedia memberikan toleransi kepada warga, dengan membangunkan kembali akses jalan masuk ke rumahnya. Meskipun hanya selebar 1 meter atau 1,5 meter.

Hanya saja, dia tidak yakin harapan itu akan bisa terwujud, jika yang meminta toleransi itu hanya satu atau dua orang saja. Berbeda kalau semua warga terdampak, meminta toleransi secara bersama-sama ke pihak proyek. Dia hanya akan menunggu bagaimana pelaksanaan proyek nantinya, apakah sesuai atau tidak.

Slamet, salah seorang pemilik warung, menjelaskan, mestinya memang jalan akses ke rumah warga, nantinya bisa dibuatkan oleh proyek. Tapi, dia tidak tahu bagaimana proyek itu nantinya. Apakah warga akan  dibuatkan akses jalan masuk ke rumah masing-masing atau tidak. (mam)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.